Rabu, 22 Juli 2009

Bilieve It or Not

Percaya atau tidak dari informasi dan melihat pada trend indek-indek global yang terjadi dewasa ini, maka kemungkinan besar harga minyakmentah (crude oil) dunia akan menembus angka usd.150/barrel. Bila ini terjadi tentunya akan menimbulkan berbagai masalah dan implikasi yang sangat besar dan menambah beban kehidupan, bukan hanya Indonesia,ini akan menjadi isu dan masalah global.

Sementara kenaikan harga minyakmentah yang spektakuler dewasa ini umumnya orang dan negara-negara di dunia menganggap sebagai bencana dan terpaan yang berat, namun tentunya tidak demikian halnya bagi negara-negara timur tengah maupun penghasil minyak (OPEC). Sayangnya Indonesia dengan terpaksa sudah keluar dari OPEC,sehingga tidak mampu mengambil manfaat dari kecenderungan global ini.

Khusus indonesia dengan adanya rencana penghapusan subsidi pada minyak goreng, kedelai, pupuk, dan berbagai komoditas lainyya, sebagaimana saran dari Bank Dunia (saran world bank), maka ini akan berimplikasi pada kebijakan, perencanaan program dan kegiatan lainnya, karena ini merupakan pertanda orang akan cenderung memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources)., sepertiminya nabati (minyak sawit, kedele, jagung, jarak,dll). Dengan demikian maka komoditias pertanian akan menjadi strategis dan mahal.
Terhadap prediksi dan kencendrungan global muncul dua pandangan, yaitu ada pihak yang menganggap in sebagai peluang (bagi yang optimis) ataupun hambatan bagi yang pesimistis ??....

Sebagai insan pertanian mari kita menyikapi kondisi tersebut dan mengantisipasinya secara positip, dengan menyikapinya sebagai berikut :

  1. Itu adalah peluang untuk mempertajam agenda pembangunan pertanian berbasiskan kawasan dan perdesaan, pengembangan kelompok tani,Gapoktan, koperasi pertanian, kemitraan usaha, dll.
  2. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi sumberdaya manusia dan kelembagaan pertanian (capacity building)
  3. Segera ganti pola pangan supaya jangan hanya tergantung beras dan goreng-gorengan, akan tetapi beralih ke umbi-umbian, buah-buahan dan sayuran, serta rebus-rebusan.
  4. Memperkuat skim pembiayaan di sektor agribisnis untuk pangan dan hortikultura. Berbagai langkah dan antisipasi lainnya juga perlu dirumuskan dan dilaksanakan secara terarah dan konsekwen

Dari : www.hortikultura.deptan.go.id Senin, 23 Juni 2008

Waspada Serangan Kutu Putih pada Pepaya

Pepaya merupakan salah satu komoditas buah yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Produksi pepaya selama lima tahun terakhir termasuk dalam kelompok lima besar produksi buah-buahan dan buah ini tersedia sepanjang tahun. Secara agroklimat, tidak memerlukan kondisi yang spesifik sehingga komoditas ini dapat berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia. Budidaya yang dilakukan oleh sebagian besar petani hanya dengan memanfaatkan areal sekitar pekarangan, dalam perkembangan akhir-akhir ini komoditas papaya mempunyai peluang untuk di budidayakan secara komersial.

Dewasa ini pada beberapa daerah ditemui adanya serangan OPT yang mengakibatkan adanya potensi kerugian ekonomis yang dialami petani. Hal ini terjadi disebabkan adanya serangan OPT kutu putih (Paracoccus marginatus William and Granara de Willink, Hemiptera: Pseudococcidae) yang menyerang tanaman pepaya dengan wilayah penyebaran di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Kota Depok Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.

Berdasarkan laporan dari petani dan petugas pengamat hama bahwa telah terjadi serangan hama kutu putih (Paracoccus marginatus William and Granara de Willink, Hemiptera: Pseudococcidae) pada tanaman pepaya dan beberapa jenis tanaman lain di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Kota Depok, hal ini telah ditindaklanjuti dengan melakukan survei deteksi yang dilaksanakan tanggal 22 – 24 Agustus 2008.

Sebaran kutu putih telah terdeteksi di Kabupten Bogor (Kecamatan Gunung Putri, Sukaraja, Cigombong, Dramaga, Rancabungur, Cijeruk, Ciburui, Cibinong, dan Bojonggede), Kabupaten Sukabumi (Kecamatan Cicurug dan Cidahu), dan Depok (Kecamatan Beji dan Pancoran Mas) Propinsi Jawa Barat.

Selain di wilayah Propinsi Jawa Barat, kutu putih pepaya tersebut juga telah ditemukan di wilayah DKI Jakarta yaitu di Jakarta Selatan (Kecamatan Jagakarsa, Cilandak, Pasar Minggu dan Senayan) dan Propinsi Banten yaitu di Kabupaten Banten (Kecamatan Ciputat). Berdasarkan informasi yang dikumpulkan di lapangan, nampaknya kutu sudah ditemukan sejak musim kemarau tahun lalu.

Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, diduga kuat inang utama kutu tersebut terdapat pada tanaman pepaya mengingat pada tanaman tersebut populasi kutu ditemukan dalam jumlah paling tinggi dan dampak serangan yang parah. Berbagai varietas pepaya (lokal maupun introduksi, seperti Bangkok, Binong, California, Paris, Atania, pepaya bunga terserang oleh kutu putih. Namun demikian selain tanaman pepaya, kutu ini juga ditemukan pada tanaman alpukat, terong, tomat, kamboja, aglaonema, palm putri, kembang sepatu, puring, zodia, serta tanaman bukan komoditas hortikultura yaitu singkong dan jarak.

Penyebaran kutu dapat disebabkan oleh angin, terbawa bibit, terbawa orang, maupun terbawa serangga lain dan terbawa burung. Keberadaan kutu yang cukup tinggi dan bersifat polifag mempunyai potensi menyebar yang sangat cepat. Disamping itu, dari sifat biologisnya yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman serta mengeluarkan racun, mengakibatkan terjadinya khlorosis, kerdil, malformasi daun, daun muda dan buah rontok, banyak menghasilkan eksudat berupa embun madu sampai menimbulkan kematian tanaman. Dengan demikian kutu putih ini memiliki potensi dapat merugikan ekonomis yang cukup tinggi.

Upaya pengendalian yang telah dilakukan Ditjen Hortikultura antara lain adalah :
Mengingat penyebaran populasi yang cukup luas dan pada berbagai jenis tanaman dengan populasi tanaman yang cukup tinggi, Ditjen Hortikultura bersama Dinas Pertanian dan Kehutanan dan BBOPT Jatisari mengkoordinasikan pengendalian dengan penggunaan pestisida maupun pemusnahan. Hal ini ditujukan agar secara cepat terjadi penurunan populasi kutu di lapangan.

Alternatif pertama yang perlu ditempuh untuk penanganan kutu putih sebagai OPT baru di Indonesia adalah dengan eradikasi populasi sesuai standar ISPM-9 untuk mencegah penyebaran dan menetapnya OPT tersebut di wilayah Indonesia. Beberapa tahapan proses ini secara prinsip – prinsip telah dilakukan, antara lain tahapan evaluasi tentang laporan keberadaan OPT, pengumpulan informasi termasuk informasi langsung untuk merancang eradikasi, indentifikasi OPT, estimasi keberadaan dan potensi distribusi dan lain – lain. Eradikasi OPT sesuai ISPM-9 tentu saja memerlukan perencanaan yang sangat baik, koordinasi beragai instansi, organisasi pelaksana dengan pelaksanaan yang baik, pembiayaan yang memadai dan waktu yang relatif lama. Hasil yang diharapkan adalah terbebasnya status keberadaan P.marginatus di Indonesia setelah dilakukan verifikasi dan deklarasi sesuai standar ISPM oleh NPPO.

Alternatif kedua yang perlu ditempuh adalah dengan “mengakomodasikan” keberadaan P.marginatus di Indonesia dengan berbagai konsekuensinya. Apabila hal ini dilakukan, langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah; pengendalian untuk menurunkan populasi dengan segera, kajian ekobiologi kutu putih, kajian potensi dan pengembangan musuh alami lokal, kajian cara – cara pengendalian yang efektif, penyebarluasan informasi dan kewaspadaan terhadap petugas dan petani, survei deteksi penyebaran di daerah – daerah sentra produksi (pepaya) dan lain – lain. Apabila memungkinkan, penetapan kawasan karantina bagi P. marginatus (walaupun hal ini kemungkinan sulit dilakukan, mengingat penyebaran ke daerah lain yang sangat mudah melalui berbagai sarana), serta introduksi musuh alami dari negeri asalnya. Institusi terkait dalam rangka penanganan serangan kutu putih pada tanaman papaya dan tanaman lain adalah : Badan Litbang Departemen Pertanian, BBOPT Jatisari, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat dan NPPO

Lihat selengkapnya di www.hortikultura.deptan.go.id

Selasa, 02 Desember 2008

Photo-photo Pelatihan di BBPP Lembang

Hamparan Strawbery seluas 25 ha yang dikelola LM3 Al-Ittifaq Ciwidey Bandung


Ust. Igo (kanan) dari LM3 Pesantren Himmatul Aliyah Depok sedang bergaya sama Bung Abel Yohannes dari LM3 Bakal Paroki St. Yohannes Atambua. Ya kali2 bergaya di kebun orang boleh donk....



Kalo ini, Kang Ade Mahdar dari LM3 Al-Furqoniyah Cigombong Bogor sedang bergaya metik buah terong, tapi cuma gaya kok...soalnya itu milik Kiayi Fuad. Bisa kawalat donk kalo bener2 dipetik...hiyyyy !




Hallo2 bandung...nama saya ibu Enis. Penyuluh dari LM3 Barokatul Qadri Bojong Gede. Gini2 saya "soulmate"nya pa kiyai Syarif lho...hehehe. Boleh kan bawa ni buah sm bibit buat oleh2 ke bojong gede ?



Wah...waaah..! khusu bener ya denger penjelasan dari Bapak PKL. Emang, belajar di kebon itu lebih nikmat daripada di kelas, bener ngga ?


Nah ini...baru belajar di kelas. Suntuk sih, untung aja fasilitatornya ada pa "Untung", ditambah pa Asep, pa Oman dan yang lainnya yang selalu bisa bikin seger suasana. salut buat para fasilitator !


Suasana kunjungan ke LM3 Al-Ittifaq Ciwidey Bandung pimpinan KH. Fuad


Nih buktinya kalo fasilitator kita emang "top markotop" !, biar kata lagi waktunya istirahat siang...materi Pa Asep terusssss diikuti oleh seluruh peserta.


Kalo ini Kang Wanwan juragan "Susu Kedele Organik" dari LM3 Al-Inayah Bogor lagi meninjau lokasi Kebun Tomat BBPP Lembang bersama Kang Daniar (itu tuh..yang lagi nunduk nyari2 tomat mateng katanya) dari LM3 Miftahu darussalama Ciwidey. Kayanya Kang Wanwan lagi coba ekpansi ke usaha "Susu Tomat Organik" ya...hehehe.









Rabu, 12 November 2008

Profil

Nama LM3 : Al-Furqoniyah
Nama Yayasan : Yayasan Pondok Pesantren Al-Furqoniyah
Alamat : Kp. Citugu Rt 40/XI Ds. Tugujaya Kec. Cigombong, Kab. Bogor, Jawa Barat.
Telpon : (0251) 8220526-8220556 HP. 08121113849
Ketua : Drs. A. Ahmad Nadzir
Sekretaris : Ade Mahdar, S.Ag
Bendahara : Wawat Setiawaty, S.Ag
Komoditas : Budidaya Pepaya
Jml Anggota : 194 orang