Sementara kenaikan harga minyakmentah yang spektakuler dewasa ini umumnya orang dan negara-negara di dunia menganggap sebagai bencana dan terpaan yang berat, namun tentunya tidak demikian halnya bagi negara-negara timur tengah maupun penghasil minyak (OPEC). Sayangnya Indonesia dengan terpaksa sudah keluar dari OPEC,sehingga tidak mampu mengambil manfaat dari kecenderungan global ini.
Khusus indonesia dengan adanya rencana penghapusan subsidi pada minyak goreng, kedelai, pupuk, dan berbagai komoditas lainyya, sebagaimana saran dari Bank Dunia (saran world bank), maka ini akan berimplikasi pada kebijakan, perencanaan program dan kegiatan lainnya, karena ini merupakan pertanda orang akan cenderung memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources)., sepertiminya nabati (minyak sawit, kedele, jagung, jarak,dll). Dengan demikian maka komoditias pertanian akan menjadi strategis dan mahal.
Terhadap prediksi dan kencendrungan global muncul dua pandangan, yaitu ada pihak yang menganggap in sebagai peluang (bagi yang optimis) ataupun hambatan bagi yang pesimistis ??....
Sebagai insan pertanian mari kita menyikapi kondisi tersebut dan mengantisipasinya secara positip, dengan menyikapinya sebagai berikut :
- Itu adalah peluang untuk mempertajam agenda pembangunan pertanian berbasiskan kawasan dan perdesaan, pengembangan kelompok tani,Gapoktan, koperasi pertanian, kemitraan usaha, dll.
- Meningkatkan kemampuan dan kompetensi sumberdaya manusia dan kelembagaan pertanian (capacity building)
- Segera ganti pola pangan supaya jangan hanya tergantung beras dan goreng-gorengan, akan tetapi beralih ke umbi-umbian, buah-buahan dan sayuran, serta rebus-rebusan.
- Memperkuat skim pembiayaan di sektor agribisnis untuk pangan dan hortikultura. Berbagai langkah dan antisipasi lainnya juga perlu dirumuskan dan dilaksanakan secara terarah dan konsekwen
Dari : www.hortikultura.deptan.go.id Senin, 23 Juni 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar